Enterobius
vermicularis (cacing benang) adalah infeksi yang umum terjadi pada
anak-anak diseluruh dunia .
Ancylostoma duodenale dan necator
americanus (cacing tambang)
Keduanya menginfeksi manusia dengan
cara menembus kulit yang utuh , biasanya
kulit telapak kaki. Strongyloides stercoralis
Infeksi ini dapat juga mengenai anjing dan kucing.
‡Cutaneouslarva migrans
Bila infeksinya sangat berat, atau bila system kekebalan
tubuh menurun.
Trichuris trichiura,(cacing cambuk)
Umumnya infeksi ini kadang-kadangdapat di sertai
keluhan perut kembung, diare berlendir dan berdarah.
Gangguan kerja disebabkan oleh pekerjaan, termasuk bahan, proses dan tempat kerja sebagai gangguan infeksi berbahaya seperti strain parasit. Salah satu parasit terkemuka gangguan kerja di bidang pertanian meliputi nematoda usus dengan penyebaran membutuhkan media tanah, dan kemudian dimasukkan ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan dan pori-pori kulit yang menyebabkan infeksi atau memiliki nematoda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis infeksi nematoda usus di antara para pekerja dari pabrik batu bata berdasarkan karakteristik, perilaku, penggunaan sarana pelindung dan sanitasi tempat kerja. Penelitian ini termasuk penelitian cross-sectional analitik menggunakan populasi secara otomatis diambil menjadi sampel penelitian dengan sampling total. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada signifikansi perbedaan antara pendidikan, sikap tindakan, dan penggunaan APD dan infeksi nematoda usus sehingga disarankan bahwa pemilik pabrik batu bata disediakan sarana pelindung yang tepat dan cocok (APD) dan kontrol utilitas, dan disarankan bahwa lembaga-lembaga kesehatan setempat memberikan bimbingan promosi terutama untuk para pekerja untuk meningkatkan kesadaran pribadi mereka dari kebersihan pribadi dan berbagai upaya mencegah penyebaran penyakit infeksi nematoda
anak-anak diseluruh dunia .
Ancylostoma duodenale dan necator
americanus (cacing tambang)
Keduanya menginfeksi manusia dengan
cara menembus kulit yang utuh , biasanya
kulit telapak kaki. Strongyloides stercoralis
Infeksi ini dapat juga mengenai anjing dan kucing.
‡Cutaneouslarva migrans
Bila infeksinya sangat berat, atau bila system kekebalan
tubuh menurun.
Trichuris trichiura,(cacing cambuk)
Umumnya infeksi ini kadang-kadangdapat di sertai
keluhan perut kembung, diare berlendir dan berdarah.
Gangguan kerja disebabkan oleh pekerjaan, termasuk bahan, proses dan tempat kerja sebagai gangguan infeksi berbahaya seperti strain parasit. Salah satu parasit terkemuka gangguan kerja di bidang pertanian meliputi nematoda usus dengan penyebaran membutuhkan media tanah, dan kemudian dimasukkan ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan dan pori-pori kulit yang menyebabkan infeksi atau memiliki nematoda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis infeksi nematoda usus di antara para pekerja dari pabrik batu bata berdasarkan karakteristik, perilaku, penggunaan sarana pelindung dan sanitasi tempat kerja. Penelitian ini termasuk penelitian cross-sectional analitik menggunakan populasi secara otomatis diambil menjadi sampel penelitian dengan sampling total. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada signifikansi perbedaan antara pendidikan, sikap tindakan, dan penggunaan APD dan infeksi nematoda usus sehingga disarankan bahwa pemilik pabrik batu bata disediakan sarana pelindung yang tepat dan cocok (APD) dan kontrol utilitas, dan disarankan bahwa lembaga-lembaga kesehatan setempat memberikan bimbingan promosi terutama untuk para pekerja untuk meningkatkan kesadaran pribadi mereka dari kebersihan pribadi dan berbagai upaya mencegah penyebaran penyakit infeksi nematoda
MACAM-MACAM
NEMATODA
ORDO ASCARIDIDA
GENUS : ASCARIS
Ascaris adalah jenis
cacing gilig yang besar. Bibirnya mempunyai peninggian bergigi, tetapi tidak
ada interlabia atau sayap servikal. Ekor cacing jantan berbentuk kerucut, tanpa
sayap kaudal tetapi terdapat sejumlah papila.
MORPOLOGI, cacing Ascaris
suum berbentuk bulat panjang, memiliki kutikula yang tebal serta memiliki tiga
buah bibir pada bagian mulutnya. Dua buah bibirnya terletak pada bagian dorsal.
Masing-masing bibir dilengkapi dengan papillae dibagian lateral dan subventral
dan dilengkapi pula dengan sederetan gigi pada permukaan sebelah dalam. Ukuran
panjang tubuh cacing jantanberkisar antara 15-25 cm dengan diameter penampang
lintang 3 mm. Sedangkan cacing betina dapat mencapai panjang 41 cm dengan
diameter penampang lintangnya 5 mm.
SIKLUS HIDUP
Dalam perkembangannya,
cacing A. suum melalui dua fase perkembangan yakni fase eksternal (diluar tubuh
ternak) dan fase internal ( di dalam tubuh ternak)
Fase eksternal : dimulai
sejak telur cacing Ascaris dikeluarkan bersama dengan faeses dari dalam tubuh
ternak penderita saat defikasi. Di alam luar, pada kondisi lingkungan yang
menunjang, telur akan berkembang sehingga didalam telur terbentuk larva stadium
I. Bila kondisi tetap menunjang, larva stadium I akan menyilih menjadi larva
stadium II yang bersifat infeksius (telur infektif) dan siap menulari ternak
babi apabila telur tertelan.
Fase
internal dimulai saat telur yang infektif tertelan oleh hospes definitif.
Didalam usus halus, telur infektif tersebut dicerna oleh enzim pencernaan dan
terbebaslah larva stadium II. Larva II akan menembus dinding usus halus menuju
hati atau larva akan mengikuti peredaran darah vena porta menuju ke hati.
Selanjutnya larva II tersebut menembus kapsul hati dan masuk melalui sel-sel
parenkem hati untuk selanjutnya ikut peredaran darah dari hati menuju ke
jantung, paru-paru, dan bahkan dapat menyebar seluruh organ tubuh. Jika babi
bunting dapat terjadi infeksi prenatal. Juga larva dapat mencapai kelenjar
susu, didalam kelenjar susu, larva cacing akan bersifat dorman (tidak
berkembang lebih lanjut atau mengalami fase istirahat ) dan baru akan berkembang
didalam tubuh keturunannya (anak) bila mana sudah lahir dan penularannya
melalui air susu.
Didalam paru-paru larva
stadium II berkembang menjadi larva III, kemudian keluar dari kapiler alveoli
paru-paru menuju bronchioli, bronchi dan selanjutnyake trachea, pharing (iritasi
terjadi proses batuk) akhirnya larva III tertelan dan sampailah kembali ke
dalam usus halus. Di dalam usus halus larva III menyilih menjadi larva IV dan
menyilih untuk menjadi larva V (dewasa).
Cacing
betina dewasa dapat menghasilkan telur sebanyak 200.000 butir per
har, dan diduga bahwa seekor cacing A. suum betina dewasa selama hidupnya dapat
menghasilkan telur sebanyak 27 milyard butir. Telur berukuran 50-80 X 40-60
mikron, berdinding tebal, berwarna kuning kecoklatan serta pada bagian luarnya
dilapisi oleh lapisan albumin yang tidak rata sehingga membentuk
tonjolan yang bergerigi (ciri khas dari genus Ascaris ).
HOSPES DEFINITIF DAN
PREDILEKSI, berparasit pada babi dan predeleksinya didalam usus halus.
GENUS : PARASCARIS
Merupakan cacing nematodadengan
tubuh yang tebal dan bahkan lebih besar dari Ascaris. Ketiga bibir tampak jelas
dipisahkan oleh alur horizontal menjadi bagian anterior dan posterior. Ujung
posterior cacing jantan membulat atau berbentuk kerucut tumpul dengan sayap
kaudal kecil. Tidak ada gubernakulum.
SPESIES, Parascaris
equorum, berpredeleksi di dalam usus halus kuda termasuk zebra dan equidae.
Cacing jantan panjangnya 15 – 28 cm dan diameternya 3-6 mm, spikulanya sama
besar dengan panjang 2 – 2,5 mm. Cacing betina panjangnya 18 – 50 cm dengan
diameter mencapai 8 mm. Vulva terletak 1/ 4 anterior tubuh, telurnya
berbentuk agak bulat dengan diameter 9-10 mikron, kulit tebal berbintik-bintik
halus.
SIKLUS
HIDUP, sama dengan A. suum.
GENUS
: TOXOCARA
Dikenal
3 spesies penting yaitu : Toxocara canis, T. cati dan T.
Vitulorum
1. Toxocara canis, berpredeleksi
dalam usus halus anjing dan rubah, lebih besar dari Toxascaris leonina. Cacing
jantan panjangnya mencapai 10 cm dan yang betina 18 cm. Telurnya berbentuk agak
bulat berukuran 85-90X75 mikron dengan dinding tebal dan berbintik-bintik
halus.
2. Toxocara
cati, berpredeleksi didalam usus halus kucing. Morfologinya hampir sama
dengan T. canis, cacing jantan panjangnya 3 – 7 cm, spikulumnya tidak sama
besar dan bersayap. Cacing betina panjangnya 4-12 cm. Telur berukuran 65 – 75
mikron.
3. Toxocara
vitolurum, berpredeleksi didalam usus halus sapi, kerbau, domba dan
kambing. Bibirnya lebar pada pangkalnya dan semakin keujung menyempit. Cacing
jantan panjangnya mencapai 25 cm dengan diameter 5 mm. Ujung posteriornya
meruncing dan sering disebut berujung paku. Cacing betina panjangnya 30 cm
dengan diameter 6 mm. Vulva cacing terletak 1/8 ujung anterior tubuh. Telurnya
berukuran 75-95 X 60 – 75 mikron. SIKLUS HIDUP, sama dengan A. suum
GENUS : TOXASCARIS
Cacing dari genus ini
hampir sama dengan Toxocara sp., perbedaannya bibir lobulus anterior terpisah
oleh sebuah alur yang dalam dan lobulus tersebut melebar dan pada ujungnya
berlobus dua.
SPESIES, Toxascaris
leonina, berpredeleksi didalam usus halus anjing, kucing, rubah dan berbagai
filidae. Ujung anterior cacing dewasa membengkok ke dorsal, cacing jantang
panjangnya 2 – 7 cm dengan diameter1,5 – 2 mm. Sedangkan cacing betina
panjangnya 2 – 10 cm, vulvanya berada 1/3 anterior tubuh. Telur mempunyai kulit
yang tebal dan halus dengan ukuran 5 – 85 X 60 –75 mikron.
SIKLUS HIDUP, larva II
infektif menetas didalam usus halus, kemudian masuk kedalam mukosa usus untuk
beberapa saat dan akhirnya kembali lagi kedalam usus dan mengalami perkembangan
lebih lanjut menjadi dewasa.
GENUS :
OXYURIS
SPESIES : O. equi.,
dijumpai didalam usus besar dari bangsa kuda di seluruh dunia. Cacing jantan
Panjang 9 – 12 mm dan betina sampai 150 mm.
MORPOLOGI, Oesofagus
sempit ditengah. Yang jantan mempunyai spikulum 120 – 150 mikron. Ekor memiliki
2 pasang papilla besar dan beberapa papilla kecil. Cacing betina muda berwarna
hampir putih, agak melengkung dan memiliki ekor pendek dengna ujung membulat
runcing. Cacing berwarna keabuan atau kecoklatan dengan ekor langsing. Telur
bulat panjang, agak mendatar pada ujungnya dengan sumbat pada satu ujungnya.
Ukuran telur 90 X 42 mikron.
SIKLUS HIDUP
Cacing
betina dan betina muda hidup di caecum dan colon crasum. Setelah pembuahan,
betina yang dewasa kelamin mengembara ke rectum dan merayap ke luar melalui
anus. Telur dilepaskan dalam
gerombolan-gerombolan di kulit daerah perianal. Perkembangan telur cepat dan
menjadi stadium infektif dalam 3-5 hari. Telur infektif dapat mencapai daerah
perianal dan menetas disitu, namun biasanya telur-telur terjatuh ditanah. Pada
keadaan lembab telur dapat hidup dalam beberapa minggu, tetapi pada kondisi
kurang menunjang telur akan mati. Infeksi terjadi karena menelan telur
infektif. Larva infektif terbebas di dalam usus halus dan larva stadium III
akan dijumpai didalam mukosa cryptus dari colon dan caecum. Larva stadium 4
akan dijumpai sekitar 8 – 10 hari setelah menelan telur. Dewasa kelamin akan
dicapai sekitar 4-5 bulan setelah infeksi.
GENUS
: ASCARIDIA
SPESIES
: Ascaridia galli, A. columbae, A. dissimilis yang predeleksinya di
dalam usus halus ternak unggas seperti ayam, mentog, kalkun, itik dan berbagai
burung liar di seluruh dunia.
MORFOLOGI :
Ascaridia galli merupakan cacing berbentuk silinder, berukuran paling besar
pada unggas. Cacingberwarna putih kekuning-kuningan, memiliki tiga buah bibir
yang berukuran sama, esofagus berbentuk alat pemukul dan tidak dijumpai adanya
bulbus posterior.
Cacing
jantan panjangnya 5-6 cm dan ekornya mempunyai alae kecil yang dilengkapi
dengan sepuluh pasang papillae yang sebagian besar pendek dan tebal. Mempunyai
sucker (batil isap ) precloaka dan berbentuk bundar dengan tepi cutikuler yang
tebal. Spikulum tidak sama besarnya, tetapi sama panjang berukuran 1-2,4 mm dan
tidak ada gubernakulum.
Cacing
betina dewasa berukuran 7,2 – 11,6 cm, bagian ekornya memipih kebagian ujung,
sedangkan lubang kelamin terletak lebih kearah depan (pertengahan tubuh).
Telur
cacing A. galli berbentuk oval dengan dinding yang halus, licin, tidak
bersegmen dan belum berkembang saat dikeluarkan. Telur cacing berukuran 73 – 92
X 45-57 mikron. Cacing betina dewasa mengeluarkan telur sebanyak 250.000 butir
setiap hari.
SIKLUS
HIDUP
Telur
cacing keluar bersama tinja hospes definitif terinfeksi pada saat defikasi. Di
alam luar telur akan mengalami perkembangan yaitu di dalam telur akan terbentuk
larva, telur infeksius (telur dengan larva stadium II) akan dicapai setelah
kira-kira 10 hari dan sangat tahan terhadap pengaruh luar, dan bahkan dapat
bertahan selama tiga bulan pada tempat yang teduh tetapi cepat
terbunuh dalam kekeringan, kepanasan dan terkena sinar matahari langsung.
Unggas
terinfeksi bila makan/minum yang tercemar telur infektif atau termakannya cacing
tanah yang sebelumnya menelan telur cacing infektif, transmisi dapat terjadi
secara mekanik langsung ke dalam usus hospes definif. Setelah telur infeksius
tertelan, didalam saluran pencernaan hospes definitif , karena pengaruh enzem
pencernaan telur akan menetas dan terbebaslah larva stadium II. Setelah
menetas, larva II akan menetapdidalam lumen usus selama 8 hari dan mengalami
ekdisis ( menyilih) menjadi larva III, setelah itu larva III akan masuk kedalam
mukosa usus halus sampai hari ke-17 menyilih menjadi larva IV dan
akhirnya masuk ke lumen usus dan menjadi dewasa ( 6-8 minggu ).
GENUS : HETERAKIS
Spesies yang penting
adalah heterakis gallinarum, dijumpai didalam caecum dari ternak unggas, bebek,
mentog, angsa dan bangsa burung.
Cacing
jantan berukuran panjang 7-13 mm. Cacing betina 10-15 mm. Memiliki alae
lateralis yang besar, dengan esofagusbulbus yang kuat. Ekor
cacing jantan diperlengkapi alae yang besar, sebuah sucker precloaca yang
menonjol dan membulat serta 12 pasang papillae. Spikula tidak sama, yang kanan
langsing 2 mm, yang kiri memiliki sayap lebar 0,65 –0,7 mm. Vulva
ditengah-tengah tubuh cacing betina. Telur berdinding tebal, halus dengan
ukuran 65-80 u X 35 – 46 mikron.
SIKLUS HIDUP
Telur cacing keluar
bersama tinja saat defikasi, kemudian telur cacing diluar tubuh hospes
berkembang menjadi stadium II yang infektif setelah 14 hari (270 C),
tetapi perkembangan biasanya lebih lama sampai beberapa minggu pada suhu yang
lebih rendah. Telur sangat tahan terhadap kondisi lingkungan dan tahan sampai
berbulan-bulan.
Bila
hospes menelan telur infektif, larva menetas dalam usus halus setelah 1-2 jam.
Sekitar 4 hari kemudian cacing-cacing muda tersebut berada dalam mukosa caecum
dan dapat merusak kelenjar disitu. Didalam
kelenjar larva stadium II berada selama 2-5 hari sebelum melanjutkan
perkembangan di dalam lumen. Pada 6 hari setelah infeksi menyilih menjadi
stadium III, kemudia pada hari ke-10 menyilih menjadi stadium IV dan
pada hari ke-15 menjadi dewasa. Periode prepaten adalah 24-30 hari setelah
infeksi.
Cacing
tanah dapat membantu sebagai reservoir (inang paretenik), dimana dalam tubuh
cacing tanah parasit berada sebagai larva stadium II. Infeksi terjadi karena
memakan cacing tanah yang mengandung larva stadium II.
ORDO RABDITIDA
GENUS : STRONGYLOIDES
Cacing ini disebut cacing
benang, terdapat bentuk bebas di alam dan bentuk parasitik didalam intestinum
vertebrata. Bentuk parasitik adalahPARTHENOGENETIK dan telur dapat
berkembang diluar tubuh hospes, langsung menjadi larva infektif yang
bersifat parasitik atau dapat menjadi bentuk larva
bebas yang jantan dan betina. Cacing ini esofagus panjang dan bentuk
selindris, vulva terletak pada bagian pertengahan tubuh posterior, ekor pendek
dan telur telah berembrio.
Bentuk bebas
: adanya cacing jantan dan betina dengan esofagus rabditiform, ujung
posterior cacing betina meruncing ke ujung vulva terletak di pertengahan tubuh.
Bentuk
parasitik : esofagus filariform tanpa bulbus posterior, larva infektif
dari generasi parasitik mampu menembus kulit dan ikut aliran darah.
SIKLUS HIDUP
Terjadi bentuk parasitik sempurna dan non parasitik
sempurna dan terjadi kombinasi dari kedua bentuk. Betina parthenogenetik
dijumpai terbenam di dalam mukosa usus halus. Bentuk ini memproduksi telur
transparan berdinding tipis yang dikeluarkan bersama tinja. (kecuali S.
stercoralis, telur ini menetas didalam tinja dan larva stadium I dijumpai
didalam tinja).
Larva
stadium I dapat berkembang langsung menjadi larva stadium 3 yang infektif (siklus
Homogenik), atau berkembang menjadi bentuk jantan dan betina bebas yang akan
dapat memproduksi larva infektif (siklus heterogenik). Bila kondisi lingkungan
menunjang siklus heterogenik yang dominant dan bila tidak menunjang siklus
homogenik yang dominant.
Pada
siklus heterogenik larva stadium I ditransformasikan secara cepat sehingga
dalam 48 jam terbentuk cacing jantan dan betina bebas yang dewasa kelamin.
Melalui kopulasi, betina bebas memproduksi telur yang akan menetas dalam
beberapa jam dan kemudian mengalami metamorposa menjadi larva infektif. Hanya
satu generasi larva yang diproduksi oleh betina bebas.
Pada
siklus homogenik larva stadium I cepat mengalami perubahan menjadi larva III
(infektif) yakni sekitar 24 jam pada suhu 27 0C. infeksi pada
hospes vertebrata terjadi dengan menembus kulit, tetapi dapat juga secara oral
dan menembus mukosa mulut/esofagus dan dibawa bersama darah ke paru-paru,
memecah alveoli – bronchiole – bronchus – trachea – pharing dan tertelan. Periode prepaten 5 – 7 hari. Infeksi
prenatal terjadi pada S. ransomi, pada babi dan S. papillosus pada sapi. Dan
juga melalui air susu.
ORDO : STRONGYLIDA
GENUS
: STRONGYLUS
Terdapat
capsulla buccalis bentuk globoid yang berkembang sempurna pada dinding dorsal.
Tetapi anterior capsulla buccalis biasanya memiliki alat kutikuler berbentuk
daun yang disebut corona radiata. Terdapat corona radiata external pada
lubang mulut dan corona radiata internal pada dinding sebelah dalam capsulla
buccalis. Bursa pada cacing jantan berkembang sempurna dan kuat yang memiliki
cabang-cabang (alur) yang tipik didalamnya.
Strongylus
equinus, dijumpai didalam sekum dan colon bangsa kuda , termasuk zebra. Warna
cacing abu-abu hitam. Kadang-kadang kemerahan karena darah dalam saluran
pencernaan yang tampak. Cacing
jantan panjangnya 26-35 mm, yang betina 38-47 mm, dengan penampang 2 mm.Capsulla buccalis oval dan memiliki
corona radiata external dan internal. Pada pangkal dari capsula buccalis
terdapat gigi dorsal yang besar dan dua gigi subventral yang lebih kecil.
Cacing jantan memiliki dua spikula. Vulva dari cacing betina terletak sekitar
12-14 mm dari bagian posterior tubuh.
Bentuk
telur oval, dinding tipis dan telah mengalami awal segmentasi pada saat
dilepaskan dari tubuh, ukuran telur 70 – 85 u X 40-75 mikron.
Spesies lain
: S. edentatus, S. vulgaris, S. asini.
SIKLUS HIDUP
Telur
–telur keluar bersama tinja dan telah mengalami awal segmentasi. Dinding telur
tipis, terdiri dari lapisan dinding sebelah luar yang terdiri dari bahan chitin
dan membrana vitellinus di dalamnya. Pada suhu 26 C terbentuk larva stadium I dalam waktu
20-24 jam yang menetas dari telur dan menjadi larva stadium bebas. Setelah
menetas, larva berada pada stadium I, yaitu bentuk rhabditiform. Makanan larva
adalah bakteri , kemudian terus bertumbuh dan menyilih menjadi larva stadium
II. Bentuk rhabditiform esofagus berkurang, kemudian tumbuh menjadi larva yang
kutikulanya masih tetap berasal dari stadium sebelumnya dan bersifat infeksius.
Larva stadium infeksius tidak makan bakteri dari alam sekitarnya,
tetapi memperoleh makanannya dari granula makanan yang tersimpan didalam
sel-sel intestinum.
Larva
infeksius tidak aktif masuk kedalam tubuh hospes, tetapi tertelan bersama
makanan.
Larva
stadium infeksius bersifat :
1. geotrofik
negatif : selalu merayap keatas ke daun-daun rumput dan lain-lain.
2. Phototropic
pada sinar lemah, tapi takut pada sinar kuat, sehingga larva merayap naik pada
pagi hari dan sore hari atau pada cuaca mendung.
3. Migrasi
terjadi lebih aktif pada keadaan panas dibanding dingin.
Kemampuan hidup larva
pada pasture tergantung pada kondisi lingkungan yaitu, kelembaban, suhu dan
sinar matahari. Karena persedian
makanan terbatas, kondisi yang mendukung pergerakan maka larva lebih cepat
mati. Pada musim panas, larva tidak dapat hidup lebih dari 3 bulan, tetapi pada
musim dingin dapat hidup setahun atau lebih.
Infeksi
terjadi karena memakan larva infeksius dan perkembangan larva stadium
infektifselanjutnya yaitu pelepasan dan pergantian kulit yang terjadi didalam
usus halus hospes.
Pada
Strongylus equinus, larva yang telah berganti kulit, menembus masuk mukosa
sekum dan kolon dan masuk ke sub serosa untuk membentuk nodule disitu. Sebelas
hari setelah infeksi, terbentuk larva didalam nodule. Larva stadium 4 migrasi
ke rongga peritonium, terus ke hati yang berlangsung selama 6-8 minggu. Antara
2-4 bulan setelah infeksi, larva meninggalkan hati melalui ligamentum hepatika
dan pergi ke rongga peritonium melalui pankreas. Setelah 118 hari dari saat
infeksi, terbentuk larva stadium 5 dan menuju ke sekum dan kolon. Periode
prepaten adalah 260 hari.
GENUS
: HAEMONCHUS
MORFOLOGI : Cacing Haemonchus
contortus merupakan cacing lambung yang besar, sehingga disebut juga
cacing ” Barberpole” , cacing lambung berpilin atau cacing kawat pada
ruminansia. Cacing H. contortus berpredeleksi
didalam abomasum kambing, sapi, kambing dan ruminansia lain.
Cacing jantan panjangnya 10-20 mm diameter
400 mikron, berwarna merah terang serta memiliki spikula dan bursa. Bursanya
ditemukan di bagian posterior tubuh tersusun oleh dua lobus lateral yang
simetris dan satu lobus dorsal yang tidak simetris, sehingga membentuk
percabangan seperti huruf Y dan berwarna mengkilat.
Cacing
betina mempunyai ukuran lebih panjang dari cacing jantan yaitu 18-30 mm dengan
diameter 500 mikron, nampak adanya anyaman-anyaman yang membentuk spiral antara
organ genital (Ovarium) yang berwarna putih dengan usus yang berwarna merah
karena penuh berisi darah, sehingga akan nampak berwarna merah puti secara
berselang seling. Mempunyai ” Flaf anterior” yang menutupi permukaan
vulva yang umumnya besar dan menonjol. Cacing betina dewasa mampu bertelur sebanyak
5.000 – 10.000 butir setiap hari. Telur berbentuk lonjong dan
berukuran 70-85 X 41 –48 mikron yang pada saat keluar bersama tinja,
perkembangan telur telah mengalami stadium morula (didalam telur telah
mengandung 16-32 sel).
SIKLUS HIDUP
Telur
cacing dikeluarkan bersama faeses dari hewan penderita ke alam bebas, setelah
24 jam pada lingkungan yang mendukung (suhu dan kelembaban) akan segera menetas
dan terbebaslah larva stadium I. Pada kondisi yang tetap mendukung larva I akan
ekdisis menjadi larva II, kemudian akan menjadi larva III yang
infektif. Larva III akan merayap keatas daun atau rumput-rumputan
serta dapat bertahan hidup untuk beberapa minggu – bulan jika kondisi tetap
menunjang.
Jika
larva infektif dimakan hospes definitif melalui rumput yang tercemar, maka
selanjutnya menyilih menjadi larva IV dan menempel pada mukosa abomasum untuk
menghisap darah. Larva IV akan mengalami penyilihan yang terakhir menjadi
cacing muda yang berpredeleksi didalam abomasum serta menghisap darah. Cacing betina sudah dapat bertelur
dalam waktu 18 – 21 hari setelah infeksi.
Spesies lain :
1. H.
placei , berpredeksi didalam lambung sapi, tetapi juga menginfeksi domba dan
ruminansia lain. Morfologi sangat mirip dengan H. contortus hanya spikulum cacing
jantan lebih panjang dengan kait-kait terminal panjang juga, sedang cuping
vulva cacing betina bentuknya mengecil seperti bintil.
2. H. similis,
menginfeksi lambung sapi dan kadang-kadang domba.
GENUS
: OESOPHAGUSTOMUM
MORFOLOGI, Cacing
ini memiliki capsula buccalis silindris dan sempit. Memiliki corona radiata. Mempunyai bursa terdiri 3 lobi
dan ada spikula. Merupakan parasit pada caecum dan colon pada ternak sapi,
kambing, domba, babi dan kera. Sering disebut cacing nodular, sebab larva cacing membentuk
nodular pada intestinum.
O.
columbionum : dijumpai pada colon domba, kambing, unta. Cacing jantan Panjang
12-16,5 mm. Dan betina sekitar 15-21,5 mm, dengan
penampang sekitar 0,45 mm. Ukuran telur berkisar 73-39 U X 34-45 mikron.
O.
radiatum : dijumpai didalam colon sapi, kerbau dan zebu. Cacing jantan panjang
14-17mm dan betina 16-22 mm.
O.
dentatum : dijumpai di dalam usus besar babi.
SIKLUS
HIDUP
Telur
keluar bersama tinja hospes . di luar tubuh perkembangan stadium bebas sama
dengan Strongylus sp. Stadium infektif dicapai pada kondisi optimum
dalam waktu 6-7 hari. Setelah ditelan larva infektif mengalami pergantian kulit
dalam usus halus dan sehari setelah infeksi larva menembus dinding usus yakni
pylorus sampai ke rectum. Kondisi selanjutnya terjadi didalam muskularis mukosa
yaitu 4-5 hari setelah infeksi dan larva tumbuh sampai sekitar 1,5 –2,5 mm
setelah 5-7 hari, larva kembali masuk kedalam lumen intestinum dan migrasi
kecolon. Disitu mengalami ekdisis ke empat dan berubah menjadi cacing
dewasa. Telur tampak pertama pada tinja penderita setelah 41 hari
infeksi. Sebagian larva dapat tinggal menetap dalam mukosa dalam waktu yang
lebih lama pada anak domba.
GENUS :
STEPHUNURUS
MORFOLOGI
Cacing
in memilki capsul bukalis berbentuk cawan, berisi gigi-gigi. Spesies yang
penting yaituStephurus dentatus yang merupakan cacing ginjal pada babi.
Dijumpai didalam jaringan lemak perirenal, Pars pelvina dari ginjal dan dinding
ureter. Kadang-kadang sebagai parasit eratika pada hati dan alat-alat abdomen
lainnya serta alat-alat di rongga thorak. Parasit ini tersebar di
wilayah tropis dan sub tropis. Cacing jantan panjangnya 20-30 mm, cacing betina
30-45 mm. Yang betina 2 mm lebarnya. Capsula bukalis berbentuk cawan dengan
dinding tebal dengan 6 gigi tebal pada dasarnya. Bursa pada jantan kecil dengan
alur yang pendek. Kedua buah spikula sama panjang. Vulva terletak dekat dengan
anus. Telur berbentuk elips berdinding tipis dengan ukuran 90-120 u X 43-70
mikron.
SIKLUS
HIDUP
Cacing
dewasa biasanya hidup berkumpul didalam atau dekat ginjal di tempat
[perhubungan dengan ureter dan telur dikeluarkan bersama urine hospes. Pada
stadium ini embrio didalam telur terdiri sekitar 32-64 sel. Perkembangan larva
stadium preinfektif sama dengan Strongylus sp. Pada suhu optimal 26 C, telur
menetas setelah 24-36 hari dan larva mencapai stadium infektif 4 hari setelah
mengalami dua kali ekdisis.
Infeksi
terjadi per-os atau melalui kulit. Cacing tanah dapat
bertindak sebagai pembawa penyakit. Larva infektif dapat berkumpul dalam
masa emoebocyte dari cacing tanah dan dapat hidup disini selama
beberapa minggu atau bulan. Kulit pembungkus larva infektif segera akan lepas
setelah infeksi dan ecdisis ketiga terjadi setelah 72 jam kemudian, yaitu pada
dinding lambung atau kulit atau otot-otot abdominal setelah infeksi perkutan.
Dari
kedua jalan infeksi, larva menuju ke hati. Bila infeksi per oral melalui pembuluh
darah porta dan dicapai sekitar 3 hari, dan bila perkutan melalui paru-paru dan
sistem sirkulasi dalam 40 hari. Dari hati mengembara dibawah kapsul hati dan
menembus kapsul hati mencapai rongga peritonium. Kemudian mencapai jaringan
perirenal dan menembus dinding ureter, serta membentuk cyste yang melanjut
menghubungkan diri dengan ureter.
GENUS :
BONUSTOMUM
MORFOLOGI
Merupakan
cacing kait yang dijumpai didalam usus halus domba, kambing, sapi dan kerbau
diseluruh dunia. Ujung anterior cacing melengkung kearah dorsal, sehingga
capsula bukalis membuka kearah antero dorsal dan memiliki sepasang
papan chitine pada tepi ventral. Di dekat dasarnya terdapat sepasang gigi sub
ventral yang kecil. Tidak mempunyai gigi dorsal didalam capsula bukalis. Bursa
berkembang dengan baik dan memiliki lobus dorsalis yang asimetris. Ujung telur
tumpul membulat dan sel-sel embrional tampak sebagai granula yang berwarna
gelap.
SPESIES
: B. trigonocephalum dijumpai didalam usus halus domba dan kambing
B. phlebotomum dijumpai
didalam usus halus sapi.
SIKLUS
HIDUP
Perkembangan
telur sama seperti Strongylus sp. Infeksi terjadi melalui makanan atau minuman
yang tercemar larva infektif (larva stadium 3) dan dapat juga melalui kulit.
Setelah infeksi melalui kulit, larva melanjut mengikuti peredaran darah menuju
ke paru-paru dan disini terjadi ekdisis yang ketiga. Larva stadium keempat,
memiliki capsula bukalis dan mencapai usus halus setelah 11 hari. Periode
prepaten 30-56 hari.
Larva
infektif tidak tahan terhadap kering. Infeksi umumnya dijumpai didalam pasture
yang terus menerus basah.
GENUS :
SYNGAMUS
MORFOLOGI
Speies
yang penting Syngamus trachea, dijumpai di dalam trachea mentog, ayam, bebek,
angsa dan berbagai burung diseluruh dunia. Berwarna merah tua dan selalu berada
dalam keadaan kopulasi. Cacing jantan panjang 2-6 mm, yang betina 5-20 mm.
Lubang mulut lebar, tanpa corona radiata. Capsula bucalis bentuk cawan berisi
6-10 gigi-gigi kecil pada dasarnya. Bursa cacing jantan memiliki alur pendek
dan kuat. Telur ukurannya 70-100 U X 43-48 mikron, memiliki operculum tebal
pada kedua ujung.
SIKLUS
HIDUP
Telur
cacing pada umumnya dibatukkan keatas dan ditelan masuk alat pencernaan,
kemudian keluar tubuh bersama tinja. Larva infeksius terbentuk didalam telur
setelah keluar dari dalam tubuh. Pada kondisi optimal yaitu kelembaban tinggi
dan suhu optimal dibutuhkan waktu 3 hari, pada kondisi lapangan dibutuhkan
waktu 1 sampai 2 minggu. Didalam telur larva ekdisis dua kali dan larva
infektif dapat menetas dari telur, namun pada umumnya infeksi terjadi dengan
menelan telur yang mengandung larva infektif. Larva yang menetas dapat tertelan
oleh cacing tanah, siput, kumbang, kutu dan arthropoda lainnya dan mengkista
disitu. Arthropoda dan cacing tanah dapat sebagai inang paratenik.
Larva
yang menetas dari telur, didalam usus akan menembus dinding usus, ikut aliran
darah sampai ke paru-paru, dicapai selama 6 jam. Ecdisis berikut terjadi 3 hari
setelah infeksi . ecdisis terakhir terjadi hari keempat atau kelima dan cacing
muda migrasi dari alveoli ke bronchioli yang lebih besar dan copulasi disini.
Trachea dicapai setelah 7 hari dan periode prepaten 17 – 20 hari setelah
infeksi.
GENUS :
ANCYLOSTOMA
MORFOLOGI
Cacing
Ancylostoma sp. Juga dikenal dengan cacing tambang. Cacing dewasa berukuran
relatif kecil, berbentuk silinder, kaku, berwarna putih kelabu atau kemerahan
tergantung banyaknya darah yang ada didalam saluran pencernaannya. Ujung
anterior cacing melengkung kearah dorsal dan celah mulut mengarah ke antero
dorsal. Capsul buccalisnya dalam dengan 1-3 pasang gigi pada tepinya dan lancet
segitiga ” Trianguler ” atau gigi dorsal yang berada didalamnya.
Cacing
jantan berukuran panjang 9-12 mm, mempunyai alat kelamin tunggal, dimana bursa
cacing jantan mempunyai kerangka yang bentuknya sempurna dan sepasang spikulum
sama besar yang panjangnya sekitar 0,9 mm, terdapat gubernakulum bermuara pada
kloaka yang terletak pada bursa tersebut. Testis terdapat hanya satu, berbentuk
seperti tubulus yang dimulai kira-kira disebelah anterior dari kelenjar air
mani yang berjalan ke anterior sampai sebatas kelenjar cervicalis anterior,
kemudian berbalik kebelakang membentuk saluran yang berkelok-kelok sampai
dipertengahan tubuh cacingdan kemudian tubulus melebar membentuk vesicula
seminalis. Saluran reproduksi ini kemudian dilanjutkan dengan duktus
ejakulatorius. Ada sepasang spikula yang juga bermuara pada kloaka berfungsi
untuk mengarahkan pancaran air mani kedalam saluran reproduksi cacing betina, sedangkan
bursa kopulatrik berfungsi untuk memegang tubuh cacing betina pada saat
kopulasi.
Cacing
betina berukuran panjang 15-18 mm, alat kelaminnya berpasangan, dimana vulvanya
terletak kira-kira di 1/3 posterior tubuhnya. Uterus dan ovarium cacing betina
mempunyai bentuk yang berkelak-kelok dan dilanjutkan dengan oviduct. Sel telur
yang dibuahi akan mengalami perkembangan dengan jalan pembelahan sel,
selanjutnya akan dikeluarkan dari tubuh cacing setelah memiliki 2-8 selbersama
tinja saat defikasi. Telur cacing berbentuk ovoid dengan ujung membulat atau
tumpul, terbungkus dari dinding telur yang tipis dengan ukuran 56-75 X 34-47
mikron.
SIKLUS HIDUP
Cacing
Ancylostoma sp. Mengeluarkan telur bersama feses saat defikasi, pada lingkungan
yang mendukung (suhu 23 – 30 0C tanah berpasir dan basah,
kelembaban tinggi).didalam telur akan terbentuk larva I. Setelah 12-36 jam,
telur yang mengandung larva I akan segera menetas dan terbebaslah larva I yang
mempunyai bentuk esofagus yang rhabditiform berukuran 275 mikron serta
memanfaatkan sisa organik dan bakteri sebagai bahan makanan.
Larva
I akan segera memasuki fase lethargi (istirahat) dan selanjutnya menyilih
menjadi larva II yang esofagusnya sudah kelihatan lebih langsing, setelah 5-8
hari akan mengalami penyilihan lagi dan menjadi larva III (infektif) dengan
esofagus filariform. Baik larva II dan larva III sumber makanan sama dengan
Larva I.
Cara
penularan cacing ini dengan larva infektif melalui :
1. Per –oral. Infeksi
terjadi karena tertelannya larva III bersama makanan atau minuman. Setelah
berada didalam saluran pencernaan, larva III akan segera memasuki kelenjar
lambung atau krypta liberkun dan setelah 3 hari larva III akan mengalami
penyilihan menjadi IV dan kembali bermigrasi ke lumen usus. Setelah beberapa
hari larva IV akan mengalami penyilihan sekali lagi dan berkembang menjadi
cacing muda.
2. Per-kutan
(penetrasi kulit), larva infektif (L3) yang aktif akan menembus kulit atau
mukosa rongga mulut, selanjutnya bersama aliran darah mencapai jantung dan
selanjutnya masuk ke paru-paru. Di dalam paru-paru sebagian besar larva 3 akan
tertahan kapiler paru-paru, selanjutnya menembus kapiler dan masuk ke dalam
alveoli. setelah berada di alveoli larva 3 menyilih menjadi larva 4,
selanjutnya bermigrasi ke bronchiolus, bronchus, trachea, pharing dan
akhirnya karena batuk larva 4 tertelan dan sampai di usus
halus. Di dalam usus halus mengalami ekdisis menjadi cacing muda. Cacing dewasa
akan ditemukan setelah 17
hari setelah infeksi.
3. Pre-natal. Pada
hospes definif bunting infeksi terjadi karena larva 3 yang berada pada aliran
darah dapat melehati placenta dan akhirnya menginfeksi foetus. Larva 3 akan
mengalami fase istirahat didalam usus foetus sampai dilahirkan. Setelah anak
lahir larva 3 baru melanjutkan perkembangannya menjadi cacing dewasa.
4. Laktogenik. Infeksi pada anak terjadi
karena anak menyusu pada induknyadan larva yang berada di dalam kelenjar
susuakan keluar bersama air susu. Perkembangan selanjutnya
akan terjadi didalam usus anaknya.
Beberapa spesies cacing
Ancylostoma yang menginfeksi anjing antara lain : A. caninum, A.
braziliense dan A. ceylanicum. Adapun identifikasi cacing tambang dapat
dilakukan berdasarkan perbedaan morfologi (ukuran cacing, susunan gigi (alat
pemotong) pada kapsul bukalis dan panjang spikulum pada bursa cacing jantan )
dan ukuran telur cacing.
Ada beberapa spesies
lain :
1. A.
tubaeforme, predeleksi pada usus halus kucing.
2. A. duodenale,
berparasit pada manusia.
GENUS
: METASTRONGYLUS
MORFOLOGI
Cacing
ini merupakan cacing paru-paru pada babi. Terdapat dua bibir lateral berlobus
tiga dan tersebar adalah lobus yang ditengah. Kapsul bukal sangat kecil, dengan
spikula pada yang jantan panjang dan lembut, dengan sayap garis melintang. Ekor
berbentuk kerucut. Vulva dekat dengan anus. Uterus paralel. Cacing ini
oviparosa. Cacing jantan panjang 11-26mm dan cacing betina 28-60 mm. Telur
berukuran 45-57 X 38-41 mikron dan telur berembrio ketika dikeluarkan.
Spesies
yang penting : M. apri, M. salmi yang predeleksi pada trakea, bonki
dan bronkiola pada babi.
SIKLUS
HIDUP
Siklus
hidup cacing ini secara tidak langsung yaitu melalui induk semang antara. Telur dikeluarkan pada bronkhus dan
bronkhiolus, dibatukkan kemudian ditelan dan dikelurkan bersama tinja. Telur
ini harus dimakan cacing tanah untuk perkembangan lebih lanjut. Cacing tanah
yang dapat berperan sebagai hospes intermidier antara lain : Allobophora
chloritica, Denroboena rubida, Eisenia austriaca, E. foitida dan Lumbricus
terrestris. Babi terinfeksi dengan jalan memakan cacing tanah yang
mengandung larva stadium 3, kemudian larva dibebaskan didalam usus halus babi,
menembus usus halus menuju limfaglandula mesenterika melalui sistem limfe. Di
tempat tersebut larva menyilih menyilih menjadi larva stadium 4, kemudian
melalui sistem limfa dan peredaran darah menuju jantung dan paru-paru, menyilih
menjadi stadium dewasa.
GENUS : DYCTYOCAULUS
MORFOLOGI
Dyctiocaulus
viviparus merupakan cacing paru pada sapi. Predeleksinya pada trakea, bronki
dan bronkiola pada sapi, zebu, unta dan berbagai ruminansia. Terdapat 4 bibir,
yang dorsal dan ventral agak sedikit lebih besar dibanding yang lateral. Kapsul
bukal sangat kecil dan terdapat cincin tebal, keras disekeliling bagian
posterior. Spikula sama besar, pendek dan kuat. Vulva cacing betina
dekat dengan pertengahan tubuh dan uterus arahnya berlawanan. Cacing jantan
panjang 17-50 mm, dengan telur berukuran 82-88 X 33-38 mikron.
SIKLUS
HIDUP
Cacing
dewasa berada didalam paru-paru kemudian mereka mengeluarkan telurnya. Beberapa
telur menetas, kemudian telur/larva dibatukkan sehingga dapat tertelan dan
keluar melalui tinja atau lendir dari hidung atau mulut. Larva menyilih menjadi
larva stadium 3 infektif yang berselubung. Larva termakan oleh sapi bersama
makanan/rumput kemudian larva ini menuju limfoglandula mesenterika menyilih
menjadi stadium keempat dan kemudian melalui pembuluh darah menuju paru-paru
dan menjadi dewasa. Periode prepaten 3-8 minggu.
ORDO SPIRURIDA
GENUS :
DIROFILARIA
MORFOLOGI
Cacing Dirofilaria
immitis merupakan cacing jantung pada anjing yang berpredeleksi pada
ventrikel kanan jantung, arteri pulmonalis dan vena cava. Hewan yang peka dari
cacing ini anjing, kucing, serigala dan rubah. Infeksi pada manusia juga pernah
dilaporkan.
Cacing
jantan berbentuk langsing, berwarna putih dan berukuran panjang12-20 cm dengan
diameter 0,7 –0,9 mm. Ujung posterior cacing jantan berbentuk kumparan spiral
dan ekornya memiliki 4-6 pasang papilla ovoid, dimana satu pasang papilla
terdapat pot kloakal, 2 pasang papilla berbentuk jari terdapat pada bagian
lateral dan posterior dari lubang kloaka dan 3-4 pasang papilla berbentuk
kerucut terdapat didekat ujung ekornya. Spikula kiri berukuran 0,324-0,375 mm,
sedangkan yang sebelah kanan berukuran 0,19-0,229 mm dan tidak memiliki
gubernakulum.
Cacing
betina berbentuk langsing berwarna putih berukuran panjang 25-30 cm dengan
diameter 1 mm. Vulva
cacing betina tempatnya persis dibelakang ujung esofagus. Cacing Dirofilaria
immitis dapat menghisap makanan lewat mulut (peroral) dan juga lewat kutikula
(trans kutikular) dan sering ditemukan adanya eritrosit didalam saluran
pencernaannya.
Larva
cacing (mikrofilaria) berukuran 286 –300 X 6,1 –7,2 mikron dan bagian yang
lebih pipih dibagian anterior, mikrofilaria menghisap sari-sari makanan berupa
glukosa dan asam amino (uresil, uredin dan adenosin) lewat kutikulanya.
SIKLUS
HIDUP
Cacing
betina dewasa mengeluarkan mikrofilaria kedalam aliran darah. Mikrofilaria akan
aktif selama 1-3 tahun, akan tetapi tidak mengalami perkembangan lebih lanjut,
sampai terhisap oleh hospes intermidier (HI) yaitu berbagai jenis nyamuk (Aedes
aegypti, Aedes sollicitans, culex salinarius). Pada saat hospes definitif
digigit oleh hospes intermidier, mikrofilaria akan ikut terhisap bersama darah
, kemudian berkembang menjadi larva II pada tubulus malphigi HI selama 10-11
hari. Pada hari ke-11 larva II bermigrasi menuju probosis melewati thorak serta
mengalami penyilihan menjadi larva III yang bersifat infektif. Pada saat HI
menghisap darah hospes definitif, maka larva III akan ikut bermigrasi kedalam
tubuh hospes. Larva III selanjutnya akan berpredeleksi didalam jaringan
subkutan, sub-serosa atau fascia intermuskuler serta mengalami 2 kali menyilih
yaitu pada hari ke-9 - ke-12 dan pada hari ke-16 – ke-17 semenjak infeksi dan
masih dibutuhkan waktu selama 2-3 bulan lagi untuk menjadi dewasa, sehingga
mikrofilaria pertama akan muncul pada aliran darah tepi 6 bulan setelah
infeksi.
Spesies lain : Dirofilaria repens, berpredeleksi pada
jaringan ikat anjing, kucing
Dirofilaria tenuis, berpredeleksi pada
jaringan sub kutan racoon.
GENUS :
HABRONEMA
MORFOLOGI
Habronema
muscae merupakan cacing lambung pada kuda dan sebangsanya. Cacing ini kecil
berwarna putih , buccal kapsul berkembang baik dan bentuk ekor cacing jantan
berupa kumparan. Vulva cacing betina dekat dengan pertengahan tubuh. Panjang
cacing jantan 22 mm dan betina 35 mm. Telur kecil dan berembrio
ketika dikeluarkan. Ukuran telur 40 – 50 X 10-12 mikron.
SIKLUS
HIDUP
Cacing
dewasa hidup pada lambung dan telur keluarbersama feses saat defikasi atau
dapat menetads dalam usus, kemudian ditelan oleh hospes intermidier dari larva
lalat (musca dan stomoxys ) dan parasit berkembang menjadi larva 3 stadium
infektif. Larva akan berpindah ke probosis dari lalat dan menginfeksi host
ketika lalat makan pada luka sekitar mulut atau lalat terjatuh pada minuman dan
makanan. Larva menjadi dewasa dan bermigrasi ke lambung. Periode prepaten 2
bulan.
GENUS :
THELAZIA
MORFOLOGI
Thelazia
sp. Merupakan cacing berwarna putih yang
jantan memiliki 14 pasang papilla prekloaka dan 3 pasang papilla kloaka.
Panjang tubuh yang jantan 7-13 mm, yang betina adalah 12-18 mm dan bersifat
ovovivipar (bertelur dan mengeluarkan larva). Cacing tidak memiliki memiliki
bibir, tetapi tepi anterior rongga mulut terbalik keluar dan terbagi menjadi 6
lekukan (feston). Ekor cacing jantan tumpul dan membelok, sedangkan spikulumnya
tidak sama panjang. Cacing Thelazia rodisii dan T. gulosa berpredeleksi
didalamkantung konjungtiva dan saluran air mata sapi , domba, kambing dan
kerbau.
SIKLUS HIDUP
Siklus hidup Thelasia sp.
Adalah tidak langsung yaitu memerlukan induk semang antara lalatmusca
larvipara dan musca confexifrons. Lalat ini tercemar oleh larva saat
menghisap air mata sapi penderita. Larva ini kemudian masuk kedalam perut
lalat, menembus folikel ovarium lalat, disini larva berkembang menjadi larva 2
dengan panjang badan 3,6 –4 mm. Selanjutnya berkembang menjadi larva 3 yang
merupakan larva infektif. Perkembangan dalam tubuh lalat memerlukan waktu 15-20
hari. Larva 3 selanjutnya meninggalkan folikel ovarium menuju bagian mulut
lalat dan akhirnya pindah kepada induk semang definitif dan cacing dewasa akan
timbul dalam waktu 20-25 hari.
GENUS : OXYSPIRURA
MORFOLOGI
Cacing Oxyspirura
mansoni berpredeleksi pada membrana nictitan dari bangsa unggas. Tidak
terdapat bibir, ekor yang jantan melengkung. Mempunyai 4 pasang papil dan 2
pasang setelah kloaka. Vulva terletak bagian posterior dari badan dan ukuran
telur 50 –65 X 45 mikron. Panjang cacing jantan 10-16 mm dan betina 12-19 mm.
SIKLUS HIDUP
Telur cacing dikeluarkan
melalui feses, kemudian telur ini akan termakan oleh coro (Pycnoscelus
surinemensis). Apabila hospes intermidier ini termakan oleh unggas maka larva
infektif akan keluar dan mengembara dari esofagus, paring dan ductus lacrimalis
dari mata. Larva dapat
ditemukan pada mata 20 menit setelah coro infekti termakan.
GENUS : ACUARIA
Host :
Unggas
Habitat :
empedal, proventrikulus dan esofagus
Spesies : A.
hamulosa -------empedal
A.
spiralis ---------proventrikulus dan esofagus
MORFOLOGI
Mulutnya
mempunyai dua pseudolabia lateral, terdapat empat kordon yang membentuk bukit
yang berjalan ke posterior tidak membalik kedepan. Ujung posterior jantan
bergulung, vulva terletak sepertiga posterior tubuh. Ukuran telur 40-45 X 24-75
mikron. Panjang jantan 10-14 mm dan betina 16-29 mm.
SIKLUS
HIDUP
Telur
dikeluarkan bersama tinja dan tertelan oleh hospes intermidier (A.
hamulosa ----- belalang
(melanoplus) dan A. spiralis ------- Isopoda) larva akan berkembang dalam hospes intermidier. Host terinfeksi bila memakan host
intermidier infektif.
ORDO ENOPLIDA
GENUS :
TRICHINELLA
HOST : Babi
, tikus, manusia dan mamalia lain (peka), sapi, domba dan kambing (kurang
peka). Larva cacing akan mengkista pada urat daging bergaris
melintang.
HABITAT : Cacing
dewasa pada usus halus sedangkan larvanya pada urat daging
SPESIES : Trichinella
spiralis
MORFOLOGI
Cacing
dewasa kecil , tetapi sering muncul dalam jumlah besar, larva cacing
menyebabkan efek yang serius dengan mengkista pada urat daging. Cacing betina
panjangnya 1,4 –1,6 mm dan jantan 3-4 mm, ukuran telur 40 x 30 mikron, telur
akan menetas dalam uterus cacing betina (viviparosa). Larva ditemukan dalam
kista mikroskopis pada urat daging bergaris melintang . yang jantan mempunyai
anus yang ditonjolkan dan sembulan berbentuk kerucut disetiap sisi. Tidak
mempunyai spikulum dan selubung. Vulva terletak pertengahan esofagus.
SIKLUS
HIDUP
Apabila
kista yang infektif termakan oleh induk semang, maka daging yang mengandung
kista tercerna oleh pengaruh enzim pencernaan dan larva cacing akan terbebas.
Larva akan masuk kedalam usus halus dan menjadi dewasa kelamin.. kemudian
cacing jantan dan betina kawin , setelah kawin dacacing jantan segera mati.
Cacing betina akan menembus kedalam mukosa usus melalui glandula liberkhun
kedalam ruang limfe, disini cacing betina bertelur dan menetas didalam saluran
uterus dari cacing. Larva yang dihasilkan masuk saluran limpe, menembus ductus
thoracicus, vena cava superior kiri dan kanan jantung, kemudian keperedaran
darah yang disebarkan keseluruh tubuh. Penyebaran larva terutama pada urat
daging bergaris melintang dan selanjutnya berkembang pada otot maseter,
diafragma, inter costae, lidah, larinx dan mata. Kadang-kadang ditemukan pada
hati, pankreas dan ginjal. Larva tumbuh sampai berukuran panjang 0,8 – 1 mm dan
diameter 30 mikron (16 hari). Dinding kiste terbentuk setelah 3 bulan dan mulai
melingkar dalam kista yang dibentuk oleh jaringan sekitarnya. Otot disekitar
mengalami degenerasi dan pengapuran setelah 6-9 bulan, tetapi larva dalam kista
tetap hidup untuk beberapa tahun (sampai 11 tahun). Kista akan tumbuh menjadi
cacing dewasa dalam usus induk semang berikutnya bila termakan oleh induk
semang tersebut. Daur hidup cacing ini tertutup.
GENUS : TRICHURIS
HOST : sapi,
domba, kambing, babi dan anjing
HABITAT : Caecum
SPESIES :
- T.
ovis pada caecum kambing dan domba
- T.
discolor pada caecum dari sapi
- T.
vulvis pada anjing
- T.
suis pada babi
- T.
trichiura pada manusia
MORFOLOGI
Cacing
ini disebut dengan cacing cambuk dengan salah satu satu ujung tebal dan ujung
lainnya panjang dan tipis. Bagian anterior panjang dan tipis kira-kira dua kali
bagian posterior, ujung posterior cacing jantan bergulung kedorsal dalam bentuk
spiral. Vulva terletak antara batas anterior dan posterior. Cacing jantan
panjangnya 30-80 mm dan betina 35 – 75 mm, telur mempunyai kulit tebal
kecoklatan dengan dua sumbat dikedua ujungnya. Ukukran telur 50-80 x 21-42 u.
SIKLUS HIDUP
Penularan
terjadi secara langsung melalui telur infektif (L2), telur sangat resisten,
perkembangan didalam induk semang berlangsung didalam lumen usus dan massa prepaten
2-3 bulan. Cacing ini melekat pada caecum
GENUS : CAPILLARIA
Host : mamalia
dan unggas
Habitat : tergantung
spesies
Siklus
hidup : secara langsung melalui telur
infektif dan tidak langsung melalui hospes
intermidier.
Spesies pada mamalia :
1. C.
bovis pada usus halus dari sapi, domba dan kambing yang penularannya secara
langsung.
2. C. aerophila pada
trachea dan bronchi anjing dan kucing dengan penularan secara langsung.
3. C. plica pada
kandung kemih, ginjal anjing dan kucing, penularan melalui hospes intermidier
cacing tanah.
4. C. plica pada hati
dan ginjal tikus dan kelinci ( langsung ).
Spesies pada unggas :
1. C. caudinflata dan
C. columbae pada usus halus ------- cacing tanah (HI)
2. C. annulata pada
tombolok dan esofagus ----------- cacing tanah
3. C. contorta pada
tombolok dan esofagus ---------- langsung.
MORFOLOGI
Mirip dengan Trichuris, tetapi
ramping keseluruhan. Tubuhnya kapiler dan mempunyai mulut sederhana. Vulva
cacing betina dekat dengan ujung esofagus. Kadang cacing ini mempunyai sebuah
spikulum yang selalau ada selubungnya. Panjang cacing jantan 11 – 15 mm, betina
10-25 mm. Telur ini mempunyai dua sumbat pada kedua ujungnya dan ukuran telur
43-70 X 21-30 mikron
Sahabat sains yang
budiman, kalau kita bertanya "kelompok hewan apakah yang terbesar
mendiami muka bumi ini ?" tentu jawabannya adalah arthropoda. Arthropoda (dalam
bahasa latin, Arthra = ruas , buku, segmen ;podos =
kaki) merupakan hewan yang memiliki ciri kaki beruas, berbuku, atau bersegmen.
Filum ini diklasifikasikan menjadi 4 Kelas yaitu (1) kelas Crustacea, (2) kelas Arachnoieda, (3) kelas miryapoda, (4) kelas insecta.
Secara umum ciri-ciri filum arthropoda adalah sebagai berikut:
Filum ini diklasifikasikan menjadi 4 Kelas yaitu (1) kelas Crustacea, (2) kelas Arachnoieda, (3) kelas miryapoda, (4) kelas insecta.
Secara umum ciri-ciri filum arthropoda adalah sebagai berikut:
- Tubuh beruas-ruas yang terbagi atas kepala (caput), dada (thoraks), dan badan belakang (abdomen). Beberapa diantaranya ada yang memiliki kepala dan dada yang bersatu (cephalothoraks)
- Memiliki 3 lapisan (triploblastik) yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm dengan rongga tubuh.
- Bentuk tubuh simetris bilateral
- Bagian tubuh terbungkus oleh eksoskelet yang mengandung khitin
- Alat pencernaan makanan lengkap terdiri atas mulut, kerongkongan usus, dan anus
- Sistem reproduksi terpisah, artinya ada hewan jantan dan ada hewan betina. Reproduksi terjadi secara seksual dan aseksual (partenogenesis dan paedogenesis)
- Memiliki sistem peredaran darah terbuka (sistem lakuner) dan alat peredarannya berupa jantung dan pembuluh-pembuluh darah terbuka
- Sistem syaraf terdiri dari ganglion anterior yang merupkan “otak” terletak di atas saluran pencernaan, sepasang syaraf yang menghubungkan otak dengan syaraf sebelah ventral,serta pasangan-pasangan ganglion ventral yang dihubungkan satu dengan yang lain oleh urat syaraf ventral, berjalan sepanjang tubuh dari depan ke belakang di bawah saluran pencernaan.
- Sistem eksresinya berupa berupa saluran-saluran malphigi
- Alat pernapasan berupa trakea, insang, dan paru-paru yang merupakan lembaran (paru-paru buku)
- Sifat hidup ada yang parasit, heterotropik, dan hidup secara bebas
- Hidupnya di darat, air tawar dan laut.
0 komentar:
Posting Komentar